sahabat.....
engkaulah cahaya terang
yang slalu menyinari hari-hari gelapku
sahabat....
engkaulah angin pagi
yang slalu menyejukkan hatiku
sahabat ....
engkaulah kehangatan
yang menghangatkan tubuhku ini dengan kasih sayangmu
sahabat...
engkaulah alunan nada nan merdu
yang slalu mengiringi stiap langkahku
sahabat...
engkaulah penyemangat hidupku
sahabat....
engkaulah bintang dan bulan
yang menerangi setiap malamku
sahabat...
tanpamu hari-hari akan gelap, pagiku takkan sejuk,
tubuhku takkan hangat, langkahnku kan terasa berat,
dan malamku kian suram....
sahabat...
tangismu adalah dukaku
bahagiamu adalah impianku
kesusahanmua adalah pemicu untuk aku selalu ada disampingmu
selamanya......
ENGKAULAH SAHABATKU
Tentang Sahabatku
Sahabatku adalah tetesan embun pagi
yang jatuh membasahi kegersangan hati
hingga mampu menyuburkan seluruh taman sanubari
dalam kesejukan
Sahabatku adalah bintang gemintang malam di angkasa raya
yang menemani kesendirian rembulan yang berduka
hingga mampu menerangi gulita semesta
dalam kebersamaan
Sahabatku adalah pohon rindang dengan seribu dahan
yang memayungi dari terik matahari yang tak tertahankan
hingga mampu memberikan keteduhan
dalam kedamaian
Wahai angin pengembara
kabarkanlah kepadaku tentang dirinya
Sahabatku adalah kumpulan mata air dari telaga suci
yang jernih mengalir tiada henti
hingga mampu menghapuskan rasa dahaga diri
dalam kesegaran
Sahabatku adalah derasnya hujan yang turun
yang menyirami setiap jengkal bumi yang berdebu menahun
hingga mampu membersihkan mahkota bunga dan dedaun
dalam kesucian
Sahabatku adalah untaian intan permata
yang berkilau indah sebagai anugerah tiada tara
hingga mampu menebar pesona jiwa
dalam keindahan
Wahai burung duta suara
ceritakanlah kepadaku tentang kehadirannya
SEPATAH KATA BUAT SAHABATKU
Bisik jiwa tlah terputus dalam satu hembusan nafas
Janji suci tlah kau ingkari tuk bersama
Dalam tawa dan duka
Yakinlah selalu … sobat
Bawa segala luka yang menyobek hatimu
Adalah pisau yang mengalir di setiap tetes darahku
Kesedihan yang nampak di raut mukamu
Adalah kepedihan terdalamku
Ketidakramahan dirimu adalah penyobek hatiku
Taukah kau sobat?
Bahwa secercah tawa yang dulu slalu menghiasi wajahmu
Kini tlah pudar dan bukan lagi
Kebanggaan dalam tali hati antara kau dan aku
Kini kau telah melepas jemari itu
Padahal aku rapuh tanpa tangan itu
Aku ingin kau selalu menjaga dan melindungiku
Sobat …
Sebuah tamparan yang selalu kudapat bila kusalah
Sebuah bimbingan yang selalu merangkulku bila kulemah
Kini tak akan pernah kudapati lagi
Kemana aku harus mencari itu semua?
Kau pergi tanpa mengucap sepatah kata pun
Kau telah memutus persahabatan itu
Persahabatan yang suci
Kini tlah kau nodai dengan kebungkaman, kebohongan, dan kebosanan
Semuanya penuh kepura-puraan
Kau jadikan persahabatan
Sebagai tempat berlabuh
Tuk mencari pengalaman kehidupan
Kenapa kau lakukan ini?
Ku diam dalam kebungkaman yang penuh kesakitan
Sedangkan dirimu tertawa penuh keriangan
Lalu kini ku bertanya:
Apa menurutmu seorang sahabat?
And sahabat yang tulus seperti apa?
Kau hanya diam tak bisa menjawab
Sobat …
Maafkan diri ini bila diri ini bersalah
Meski kau telah pergi
Bagiku kau selalu ada dalam hatiku
Karena kau adalah sahabatku
Dari dulu dan sampai kapan pun
Persahabatan Lintas Pagar
Judul asli: The Boy in the Striped Pyjamas
Pengarang: John Boyne
Alih bahasa: Rosemary Kesauli
Tahun terbit: 2007
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 233
Ini adalah yang tertulis di bagian belakang buku: “Kisah tentang Anak Lelaki Berpiama Garis-Garis ini sulit sekali digambarkan. Biasanya kami memberikan ringkasan cerita di sampul belakang buku, tapi untuk kisah yang satu ini sengaja tidak diberikan ringkasan cerita, supaya tidak merusak keseluruhannya. Kalau Anda membaca buku ini, Anda akan mengikuti perjalanan seorang anak lelaki berumur sembilan tahun bernama Bruno. (Meski buku ini bukanlah buku untuk anak kecil.) Dan cepat atau lambat, Anda akan tiba di sebuah pagar, bersama Bruno. Pagar seperti ini ada di seluruh dunia. Semoga Anda tidak pernah terpaksa dihadapkan pada pagar ini dalam hidup Anda.”
****
Anda pasti penasaran dengan “ringkasan” tersebut bukan? Buku seperti apa yang akan merusak cerita jika diberikan ringkasan? Hal inilah yang membuat saya tanpa pikir panjang langsung menghabiskan malam bersama buku ini. Sangat penasaran. Dan dugaan saya tepat, buku yang sulit untuk diungkap dengan kata-kata. Emosi pembaca dimainkan sepanjang cerita, dengan dugaan-dugaan yang menyesakkan dada. Dari judulnya, mungkin Anda sudah bisa menebak konotasi apa yang terkait dengan “piama garis-garis”. Tapi saya tidak akan memberi pembenaran pada dugaan Anda, tidak sekarang.
Buku ini berkisah tentang seorang anak bernama Bruno, berusia sembilan tahun dan tumbuh pada masa Perang Dunia II. Kisah dimulai saat keluarga Bruno, tanpa boleh banyak bertanya, harus pindah dari rumah mereka di Berlin dan menempati rumah besar lainnya di Out-With. Bruno yang sejak awal menentang kepindahan ini, semakin menderita saat ia tahu bahwa di rumah barunya, tidak ada siapa-siapa. Tidak ada rumah tetangga. Tidak ada taman. Tidak ada anak-anak bermain sepeda. Yang lebih parah, tidak ada tempat bermain. Eh, tunggu. Ternyata disini ada tempat bermain. Tempat itu sangat luas, tak jauh dari rumah Bruno, dan ia bisa melihat disana banyak anak-anak. Penampilan mereka sama: berkepala botak, dan berpiama garis-garis. Tapi sayangnya, tempat luas itu mempunyai pagar yang tinggi. Dan setiap Bruno hendak bertanya kepada siapapun yang ada di rumahnya tentang pagar-pagar itu, tidak ada yang mau menjawab. Apalagi jika pertanyaan Bruno berbunyi: “Mengapa mereka berpiama garis-garis?”
Bruno semakin merasa bosan di Out-With. Apalagi setiap hari rumah mereka didatangi orang-orang dewasa berwajah sangar. Menurut Maria sang pelayan di rumah, orang-orang sangar itu adalah anak buah Ayah Bruno. Tidak jarang, ada orang dewasa lain yang membuat ayah terbungkuk-bungkuk menghormatinya. Mereka datang dengan mobil bagus, berbendera merah-hitam, dengan lambang dua swastika. Dan mereka selalu bertemu ayah di dalam ruangan yang Bruno dilarang mendekatinya. Ia semakin bosan.
Kebosanan membuat naluri lama Bruno bangkit. Ia pun menjelajah. Hal yang sangat dilarang di Out-With ini. Menjelajah. Dan Bruno melanggarnya. Ia menyusuri pagar tinggi itu. Ia juga tidak mengerti apa yang ingin ia temui. Setelah dua jam perjalanan, ia hampir menyerah. Dan saat ia ingin berbalik kembali ke rumahnya, ia menemukan sesuatu. Seorang anak laki-laki. Anak laki-laki itu duduk bersila. Di balik pagar sebelah sana. Duduk dengan pandangan kosong, seakan menunggu seseorang menemukannya. Dan seperti penghuni lain di balik pagar sebelah sana, Shmuel, nama anak itu, berkepala botak, berpiama garis-garis, dan tanpa sepatu. Ia mengenakan gelang tangan –yang menurut Bruno keren– dengan gambar bintang dari dua segitiga berlawanan arah.
Dimulailah persahabatan itu. Persahabatan antara dua anak laki-laki, dari dua sisi pagar yang berbeda. Hampir setiap hari Bruno bertemu dengan Shmuel, berbagi cerita tentang dunia anak laki-laki. Bertanya-tanya, apa kegiatan Shmuel di balik pagar sebelah sana. Tentu saja Bruno bahagia, ia menemukan teman. Shmuel yang hampir percaya pada Bruno, karena satu insiden harus membuang jauh rasa percayanya. Dan Bruno yang saat itu hanya ingin punya teman, punya satu cara jitu untuk meyakinkan Shmuel, ia HARUS merasakan kehidupan di pagar sebelah sana. Keputusan yang mengakhiri semuanya. Tapi Bruno tidak salah, tidak juga Shmuel, mereka hanyalah anak laki-laki.
Jika Anda tidak ingin merusak keasyikan membaca novel ini, saya sarankan berhenti membaca resensi saya disini, karena selanjutnya saya akan menjelaskan tentang apa novel ini sebenarnya. Uh, sangat tidak seru.
****
Novel ini, sangat sarkas tis. Oke, dugaan Anda benar. Novel ini berkisah tentang kejahatan Nazi terhadap para Yahudi. Atau setidaknya begitulah ‘kebenaran’ versi dunia. Walau ternyata diketahui kemudian bahwa Hitler pun orang Yahudi, dan ia membantai hanya para Yahudi keturunan dalam tragedi itu. Pembantaian yang kemudian menjadi pembenaran bagi segelintir orang Yahudi untuk meraih simpati dunia dan merampas tanah orang lain, mendirikan negara Israel.
Novel ini mengambil latar di kamp pengungsian Yahudi terbesar di Auschwitz, Polandia. Tempat salah satu pembunuhan massal, holocaust, terjadi. Kentara sekali kegelisahan yang dirasakan penulis sepanjang cerita. Melalui deskripsi-deskripsi yang diberikan, kata-kata Bruno, maupun pemikirannya, terlihat jelas kebencian penulis terhadap sebuah “pagar”. Pagar yang membedakan ras, strata sosial, bahkan lebih jauh lagi, agama dan kepercayaan. Dengan sinis ia menggambarkan sosok The Fury (plesetan dari Deh Fuhrer, nama lain Adolf Hitler), isi kamp pengungsian dan penindasan yang dialami para Yahudi, dan bagaimana seorang non-Yahudi , dalam hal ini keluarga Bruno, memperlakukan para orang berpiama garis-garis. Membaca novel ini sangat menyesakkan, walaupun bukan tipe buku yang bisa membuat orang menangis seperti saat mengupas bawang. Dengan ending yang cukup menghentak, ia menghantar pesan luar biasa bahwa diskriminasi adalah sesuatu yang sangat tidak manusiawi. Melalui tutur seorang anak, novel ini hendak mengingatkan kepada kita –orang dewasa– bahwa sesungguhnya setiap manusia mempunyai naluri keadilan. Terkadang karena kerasnya kehidupan, kita tidak bisa lagi merasakan dan mengikuti naluri itu.
Mohon maaf saya tidak bisa menilai kekurangan dari buku ini, karena memang tidak bisa menemukannya. Bagi saya, buku ini cukup baik dalam menempatkan Bruno sebagai anak-anak, walaupun pesan yang ditujukan memang untuk orang dewasa. Penulis tidak terjebak untuk membuat Bruno sebagai “orang dewasa yang terkurung dalam tubuh anak-anak”. Pikiran-pikiran Bruno, tingkah lakunya dan kata-katanya adalah murni dan kewajaran masa kanak-kanak, lebih karena nurani seorang manusia yang belum terkotori dengan doktrin ketidakadilan. Pada akhir novelnya penulis kembali menuliskan sindiran pada dunia: “Dan itulah akhir cerita tentang Bruno dan keluarganya. Tentunya semua itu sudah lama terjadi dan peristiwa seperti ini takkan terulang lagi. Tidak pada zaman seperti sekarang (hal 233)”.
Novel ini tidak terlalu tebal, ringan saat dibaca walaupun sarat dengan pesan. Penulisnya, John Boyne bisa dikatakan sebagai seorang penulis yang sukses di dua genre: dewasa dan anak. Boyne menulis beberapa buku best seller dalam kedua genre tersebut. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam 43 bahasa, ia menjadi salah satu buku best seller versi New York Times dan di beberapa negara lain seperti UK, Austria, Irlandia, dsb. Menurut situs resmi sang penulis, hingga saat ini sudah terjual lebih dari 5 juta kopi di seluruh dunia. Walau demikian, buku ini tetap mendapat kritik pedas. Beberapa kalangan menganggap penulis tidak menggambarkan keadaan sebenarnya di dalam kamp, terutama karena tidak mungkin ada seorang anak –berusia 8 tahun – disana. Tapi biar sajalah anjing menggonggon, kafilah tetap berlalu. Tidak butuh waktu lama, sejak terbitan pertamanya di 2006 (buku asli), untuk kemudian cerita ini diangkat ke layar lebar pada tahun 2008 dengan judul yang sama. Dan menyusul kesuksesan bukunya yang mendapat beberapa penghargaan, filmnya pun demikian. Tapi jujur saja hingga saat ini saya belum berani menontonnya. Tidak sanggup untuk merasakan hal yang sama saat membacanya. Tidak dua kali.
Indahnya Persahabatan Aliska
Judul buku : Aliska dan Serbuk Ajaib
Persahabatan, Cinta dan Cita-Cita
Penulis : Dee
Penerbit : Bentang
Harga : Rp.69000 Tebal : 444
Namanya Kugy, gadis mungil, periang, berantakan penghayal, dan dari benaknya benaknya mengalir untaian dongeng indah. Buku – buku dongeng yang dibacanya menjadikan dia bercita - cita menjadi pendongeng yang handal. Kugy suka sekali membuat perahu kertas yang bertuliskan tentang resahnya, senangnya atau bahagianya, dan dia hanyutkan ke laut. Dia menganggap bahwa dirinya adalah agen Neptunus yang dikirim ke bumi. Keenan cerdas artistik dan penuh kejutan. Dan dari tangannya mewujud lukisan – lukisan indah. Lukisan – lukisan Keenan terinspirasi dari dongeng – dongeng yang di tulis oleh Kugy.
Kugy dan Keenan bertemu tanpa sengaja di Stasiun dan ternyata Keenan adalah sepupu dari pacar sahabatnya Noni. Sejak kali pertama bertemu mereka sebenarnya telah jatuh hati. Keenan menganggap bahwa Kugy adalah gadis aneh dan Keenan tidak pernah bertemu gadis sepertinya, sedangkan Kugy melihat Keenan adalah lelaki yang ajaib. Namun mereka tidak menampakkan rasa cinta mereka karena pada saat itu Kugy sudah mempunyai pacar bernama Joshua yang biasa di panggil Ojos.
Kugy ingin menjadi pendongeng hebat, tetapi disisi lain dia tidak mempercayai bahwa dirinya mampu,hingga tulisan- tulisan dongengnya hanya dia simpan, sedangkan Keenan yang ingin menjadi Pelukis harus rela mengubur cita- citanya demi kepatuhan terhadap ayahnya. Setiap keenan melukis ayahnya selalu melarangnya, dia berharap banyak kepada Keenan. Keenanlah yang kelak menjadi penerus perusahaan Trading ekspor Import terbesar ketika dirinya sudah meninggal. Karena itu ayahnya memaksa Keenan untuk kuliah di salah satu universitas di Bandung di fakultas Ekonomi. Universitas yang sama dengan Kugy.
Di Universitas ini konflik demi konflik di mulai. Ketika Keenan dikenalkan dengan Wanda sepupu Noni, seakan ada titik terang bagi Keenan untuk mulai yakin memilih jalan sebagai seorang pelukis. Keenan yang kemudian melepaskan status mahasiswanya demi menggapai cita- citanya, dan rela melepaskan hubungan dengan keluarganya. Namun ternyata hal itu tidak berjalan mulus, dia merasa telah ditipu oleh Wanda. Hingga kemudian Keenan pergi meninggalkan Bandung dan menyepi ke Bali. Jadilah Kugy dan Keenan terpisah dan tidak ada komunikasi.
Setelah beberapa tahun berpisah mereka bertemu kembali di pertunangan Eko dan Noni. Mereka berdua sudah mempunyai pacar. Tetapi rasa cinta mereka tidak pernah surut. Akankah keduanya bersatu dan bagaimanakah perjalanan mereka menerjemah mimpi – mimpi mereka menjadi nyata?
Buku ini ide ceritanya sederhana, hanya soal cinta seperti layaknya novel – novel yang lain, tetapi penyajiannyalah yang membuat novel ini berbeda. Ada cerita tentang persahatan, kesetiaan, kerelaan berkorban demi orang lain untuk tidak menyakiti orang- orang yang telah mencintai denga setulus hati, juga langkah- langkah kecil untuk mewujudkan mimpi – mimpi menjadi kenyataan.
Ramuan yang begitu memikat dari bab satu ke bab lain membuatku tak bisa lepas untuk tidak membacanya sampai selesai. Penasaran dari setiap bab seakan memburu untuk segera mengetahui kelanjutan dari ceritanya.
Bahasanya ringan dan kocak, selain dikejar dengan peristiwa – peristiwa yang akan terjadi kita juga benar- benar terhibur. Di akhir bab kita juga akan bisa mengetahui proses kreatif dari penulisan novel ini. sehingga dari situ kita juga bisa belajar untuk menulis novel dan ide dasarnya darimana.
Sinopsis Novel "Surat Untukmu Sahabat"
Judul Buku Surat Untukmu Sahabat
Penulis Bunga Nizam
Penerbit Skylar Picture
Jumlah Hal 108 Halaman